Goro-goro adalah salah satu episode dalam pementasan wayang kulit (purwa) dalam tradisi budaya Jawa. Garo-goro, kata Pak dalang, ditandai situasi yang chaos (kacau)yaitu serba kontradiksi dandang diuneke kontol, kontol diuneke dandang (yang benar dikatakan salah, yang yang salah dikatakan benar), gunung njebluk (meletus) , segoro umup (laut pasang, gelombang tinggi), banker bandang, dan angin ribut, akibatnya banyak masyarakat yang terkena dampakburuknya. Larang sandang, larang pangan, lan larang papan, (makanan pokok, sandang, dan tempat tinggalmahal), Sireping goro-goro mbarengi jemudhule ponokawan catur (Seamar, Gareng, Petruk, lan Bagong), berhentinya kekacauan bersamaan munculnya rakyat kecil.Keadaan di Tunisia dan di Mesir dapat dijadikan ilustrasi fenomena pada awal tahun 2011.
Munculnya rakyat kecilmenari-nari menggelar mimbar bebas di jalan-jalan, tanah lapang atau pun di alun-alun yang memaksa pejabat tinggi (pemimpin Negara) mengeluarkan pernyataan. Itu semua dapat dimaknai sebagai people power (kekuatan rakyat)yang dapat memaksa pemimpin negara tidak hanya mengeluarkan pernyataan untuk menenangkan rakyatnya, tetapi juga menyatakasn mundur dari pemerintahan (lengser keprabon). Perhatikan lengsernya pemimpin Orde Baru, Suharto, pada medio 1998, Presiden Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, yang telah berkuasa selama 23 tahun, dan akhir-akhir ini, awal Februari 2011 Presiden Mesir Husni Mubarok tinggal menunggu waktu, lengser atau bertahan dengan mengubah kebijakan yang dijalankannya.
Fakta di atas hamper semuanya dipicu oleh hal yang senada yaitu kesulitan ketersediaan pangan, terbatasnya lapangan kerja sehingga banyak pengangguran, banyak pejabat Negara yang korup, pemerintahan yang otoriter. Penuelenggaraan pemerintahan yang demikian hanya menguntungkan sekelompok tertentu dan merugikan kelompok mayoritas (rakyat kecil) yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Fakta yang dapat dijadikan sejarah ini dapat dijadikan cermin hidup bagi generasi muda yang siap memimpin Negara di masa depan. Ada baiknya tidak perlu berlebihan untuk kepentingan pribadi, kepentingan golongan, kepentingan harta, dan kepentingan wanita (seks) Karena itu semua hanya memenuhi kepentingan sesaat dan akan melemahkan harga diri seseorang.