Drs. Tubiyono, M.Si Official Website

Mencari ridha Allah SWT adalah motivasi setiap orang yang beriman dengan melalui berbagai instrumen atau pun wasilah supaya bisa takarub kepada-Nya.

Salah satu sarana untuk mendapatkan ridha-Nya adalah dengan berbagi (sedekah atau infak) yang berupa makanan kepada fakir-miskin. Hal yang demikian merupakan salah satu tanda orang yang tidak mendustakan agama (Islam). Karena salah satu indikator pendusta agama adalah tidak mau menganjurkan atau mengajak untuk memberi makanan kepada orang-orang miskin (QS, 107:3). Akan tetapi, untuk internalisasi (pengenalan ide),  sosialisasi,  dan enkulturasi (pembudayaan) sangat tidak mudah. Mengapa demikian? Ada dua alasan untuk itu (1)   kadang ada yang mengatakan “ria'” atau pamer. Padahal tidak demikian, prinsipnya “woting ati” yaitu “krenteg” atau niatnya adalah untuk memotivasi di luar diri sendiri untuk mengajak hal yang baik (amar makruf). 

Alasan (2) setiap orang memiliki dasar iman yang berbeda-beda kualitas (tebal/tipis), berbeda cara pandang atau cara berpikir, dan berbeda pula dalam hal “rasa”. Dalam kitab suci pesan secara dominan menggunakan “rasa sejati” yang setiap orang belum tentu paham sampai pada tataran hakikat dan makrifat. 

Terkait dengan hal itu, kita tidak perlu ragu/khawatir dalam melaksanakan kebaikan dengan sosialisasi, pasti ada yang berpandangan positif dan negatif. Sebaiknya kita mengedepankan “positive thinking” bukan sebaliknya “negative thinking” atau “suudzon”. Padahal “suudzon” adalah cenderung ke arah salah (dosa).

Berbagi kebahagian  kepada orang fakir-miskin memang dianjurkan Allah SWT sebagai bentuk syukur kepada-Nya yang telah memberi kecukupan yang awalnya memang serba kekurangan “limited” secara ekonomi (QS, 93:8).

Sebagai implementasi itu semua, kami mencoba menyelenggarakan konsep “Jumat Berkah”. Awalnya, konsep secara individual kemudian diikuti orang di sekitar, dan terus tersosialisasi dengan sendirinya semakin lama semakin tampak “membesar” ibarat ide tersebut “bola salju”. 

Bagaikan gayung bersambut konsep tersebut sudah mulai menjadi “enkurturasi” membudaya untuk membantu fakir-miskin.

Konsep “Jumat Berkah” kami artikulasikan bukan dalam bentuk makanan jadi, tetapi dalam bentuk bahan mentah yang siap dimasak pada pagi hari yaitu berupa sayur-mayur, bumbu, lauk-pauk, dan indomie goreng. Bahan tersebut senilai kurang lebih Rp 20.000,00. 

Sebagian orang ada yang berpartisipasi membantu dalam bentuk uang berapa pun tidak dibatasi. Ada yang menyerahkan langsung dan ada pula yang meminta transfer melaui bank. 

Alhamdulillah, apabila telah datang pertolongan Allah SWT, maka banyak orang yang berpartisipasi untuk bersama-sama membantu (agama Allah) sesama yang kebetulan kurang beruntung secara ekonomi (QS, 107:1-2). Tubiyono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *