NILAI KEAGAMAAN DALAM NOVEL
PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM
Oleh Tubiyono
Abstrak
Makalah singkat ini mendeskripsikan praktik keberagamaan masyarakat Jawa yang termanifestasi dalam persepsi Umar Kayam melalui novelnya sebagai intrumen. Sebagian besar masyarakat Jawa menganut agama Islam termasuk Islam abangan yang tidak terlalu terikat oleh ritual upacara keagamaan dan keislamannya dapat dikategorikan Islam KTP atau pernyataan resmi yang bersifat simbolis. Tetapi, jiwa tetap terikat erat dengan Islam. Hal ini tercermin dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya dalam penamaan dan penentuan pemilihan jodoh dalam perkawinan.
Pendahuluan
Novel Kayam (1992) yang berjudul Para Priyayi yang selanjutnya disingkat PP, telah dibahas baik oleh para sastrawan maupun oleh para sejarawan. Memang kalau dibaca novel PP itu akan menghadapi banyak dimensi yang dipaparkan di dalamnya dan pembaca dapat mencerna dari dimensi yang dikuasai (Suwarno, 1992). Novel PP ini terdiri dari sepuluh bab, selain bab satu yang diberi judul “Wonogalih” bab-bab berikutnya diberi judul sesuai dengan nama-nama pelaku yang semuanya adalah keluarga Sastrodarsono. Yang dimaksud Dengan bab-bab berikut itu ialah: “Lantip” (hal. 9-28); “Sastrodarsono” (hal. 29-114); “Lantip” (hal. 115-137); “Hardojo” (hal. 138-176); “Neogroho” (hal. 177-205); “Para Istri” (hal. 206-233); “Lantip” (hal. 234-260); “Harimurti” (hal. 261-299); dan “Lantip (hal. 300-308). Di dalam makalah singkat ini akan dipaparkan tentang nilai keberagaam masyarakat Jawa yang dikaitkan denan adanaya perubahan sosial yang yang melingkupinya.