Drs. Tubiyono, M.Si Official Website

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGAKTUALISASIKAN LAGU DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMERTAHANAN BAHASA IBU

Oleh Tubiyono

 

Abstrak

Dalam makalah ini akan dibahas upaya pemertahanan bahasa (linguistic manintenance) ibu dari proses kematian atau bahkan kepunahan bahasa. Pemertahanan bahasa ibu pada dasarnya banyak komponen yang terkait, tetapi dalam bahasan ini akan difokuskan partisipasi masyarakat dalam mewarisi kearifan lokal (daerah) yang secara eksplisit terdapat pada lagu daerah. Karena dalam lagu daerah terkandung pesan moral, kesantunan, juga di dalamnya tecermin penggunaan kosa kata, frasa, idiom, dan kalimat yang dapat diwarisi secara aktif oleh generasi berikutnya. Oleh karena itu, aktualisasi lagu daerah dengan proses intenalisasi dan sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus diharapkan dapat mematurasi (memantapkan) komponen bahasa ibu. Partisipasi masyarakat baik secara personal maupun secara kolektif melalui ranah keluarga inti (basic family), masyarakat (community), ranah pendidikan formal mutlak diperlukan untuk menebar nilai positif dalam rangka menghambat laju kematian bahasa ibu.

Pengantar

Bahasa ibu disebut juga bahasa lokal, atau bahasa daerah yang biasanya merupakan manifestasi komunikasi antara ibu (orang tua) dan anak yang memiliki hubungan batin sangat kuat. Hubungan sosial yang paling awal dan sangat penting adalah ketika anak sejak dini mengenal dunia ternyata menggunakan bahasa ibu sebagai media yang tidak bisa diabaikan, ibaratnya mata air yang terus mengalir sepanjang masa (Ibrahim, 1997). Dengan bahasa ibu terbentuklah komunitas bahasa yang saling bisa dipahami oleh anggota pendukungnya.

Akan tetapi, fakta berikut ini dapat mencemaskan dan merisaukan bagi sebagian masyarakat, utamanya yang berkepentingan dengan masalah kebudayaan dan kebahasaan. Betapa tidak akhir-akhir ini diprediksi setiap empat belas hari ada satu bahasa ibu mati di planet bumi ini (Disappearing, 2009). Fakta lain dikemukakan oleh Direktur Direktorat Peninggalan Purbakala kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Junus Satrio Atmodjo, bahwa sebanyak lima belas bahasa ibu terancam punah. Bahasa-bahasa tersebut sebagian besar terdapat di pedalaman kawasan Indonesia Timur seperti Irian (Papua) dan Maluku. Lonceng kematian bahasa ibu ditandai oleh minimnya penggunaan bahasa tersebut dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari (Kompas, 2010b).

Berdasarkan fakta tersebut makalah ini yang diberi judul “Partisipasi Masyarakat dalam Mengaktualisasikan Lagu Daerah sebagai Alternatif Pemertahanan Bahasa Ibu” berupaya untuk ikut serta menyampaikan asupan pemikiran sebagai alternatif solusi untuk mencegah percepatan kematian bahasa ibu yang saat ini , 21 Februari 2010, diperingati dengan Seminar Internasional Bahasa Ibu yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Barat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *